Pendidikan Berbasis Al Quran Sebagai Salah Satu Solusi Untuk Indonesia
Banyak orang tua yang merasa bingung dan dipusingkan memilih jenis pendidikan dasar untuk buah hatinya, apakah anaknya akan di masukkan ke Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau Tahfidzul Quran.
Fenomena di atas setidaknya muncul dalam sebuah seminar Tahfidzul Quran di Masjid Istiqlal, Jakarta dengan para pembicara Ustadz Abdurrahman MA Al-Hafid (dekan Fakultas Tarbiyyah, Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta, dan Ustadz Sholeh Iskandar, S.Pd selaku penanggung jawab Tahfidzul Quran Al-Fatah Lampung beberapa waktu lalu.
Dari seminar tersebut, para pembicara memaparkan gagasan-gagasannya dalam membentuk karakter seorang anak, termasuk apa yang harus diajarkan terlebih dahulu kepada anak-anak di masa-masa awal masa belajar mereka.
![]() |
Mushaf Quran |
Ustadz Abdurrahman MA Al-Hafid berpendapat, pendidikan tahfidzul Quranlah yang seharusnya diajarkan terlebih dahulu kepada anak-anak usia SD, baru setelahnya diberikan pelajaran yang lain. Ia menegaskan, sudah terbukti sejak jaman nabi Muhammad, bahwa menghafal Al Quran dapat menjadi pintu gerbang terbukanya kecerdasan lain sehingga sanggup menguasai ilmu-ilmu sains, sosial, dan keterampilan lainnya.
” Kegiatan menghafal Al-Quran sebaiknya dilakukan sedini mungkin mengingat kekuatan menghafal terbaik itu pada masa anak-anak, Secara teori psikologi, anak-anak lebih mudah menghafal sesuatu daripada orang dewasa”, jelas Abdurrahman.
Sebagai contoh, Imam Syafi’I hafal Quran pada usia 9 tahun, bapak kedokteran dunia Ibnu Sina (orang barat menyebut Avi Cena), hafal Al-Quran dahulu sebelum mendalami kedokteran, dan hampir semua orang alim hafal Al-Quran sejak usia dini. Mereka semua bukan memiliki keistimewaan yang tak bisa ditiru. Semua bisa terulang kapanpun dan oleh siapapun. Hari ini kita jumpai di Kudus, Gresik dan kota-kota lain telah menghasilkan para hafidz Quran cilik, dan setelah itu mereka ada yang menjadi insiyur, dokter dan para pakar di bidang lainnya.
Apa syaratnya agar orang tua dapat mantap mengarahkan anak-anak kita menghafal Al-Quran sejak dini. Tak banyak syarat sebenarnya yang dibutuhkan, antara lain:
Pertama, kedua orang tua hendaknya bersama-sama membangun kesepakatan agar mengarahkan anak-anaknya menghafal Al-Quran. Mengapa? Dalam doa kita selalu mengharap dikaruniai anak keturunan yang menyejukkan pandangan mata hati kita (qurrata a’yun) yakni para generasi yang taat kepada Allah dalam keadaan apapun. Hal itu sangat mungkin jika anak hafal Al-Quran.
Kedua, orang tua harus ihklas sepenuh hati mengharap anaknya menghafal Al-Quran karena Allah semata. Firman Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 5, yang artinya “tidaklah mereka disuruh kecuali menyembah (beribadah) kepada Allah dengan ihklas sepenuh hati.”
Ketiga, kedua orang tua berusaha menciptakan suasana keluarga yang mencintai Al-Quran, semua orang menyadari bahwa lingkungan sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian anak. Jika kita menginginkan anak menghafal Al-Quran maka buatlah program-program dan suasana yang mendukung hafalan Al-Quran. Sebaliknya, hal-hal yang dapat mengganggu suasana belajar hendaknya disingkirkan dari lingkungan rumah. Menonton televisi misalnya, mesti dikontrol dengan ketat. Syukur jika bisa disingkirkan karena program TV lebih banyak tidak sesuai dengan suasana menghafal Al-Quran.
Keempat, yakin sepenuhnya bahwa dengan Al-Quran kita akan dimuliakan Allah. Caranya suka membaca, memahami menghafal dan mengamalkan dan mendakwahkannya. Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Imam Muslim yang artinya, “Bacalah Al-Quran sesungguhnya Al-Quran akan memberi syafaat pada hari kiamat kepada para pembacanya (penghafalnya).
Kelima,kesungguhan orang tua lahir batin memang termasuk syarat wajib karena ilmu hanya dapat diperoleh dari kesungguhan bukan dari keturunan. “Man jadda wa jada” artinya siapa yang bersunguh-sungguh pasti akan mendapatkan apa yang dicita-citakan.
Keenam, doa adalah senjata kaum yang beriman dalam meraih impian. Allah menjamin doa hambanya yang tulus pasti dikabulkan..Allah yang maha bijaksana, apakah akan dikabulkan sekarang, esok, di akhirat atau dikabulkan tidak pada anak tetapi pada cucu kita, sepenuhnya terserah Allah rubbul’izati.
Dua Kelompok Generasi Muda
Hari ini ada dua kelompok generasi muda, yaitu yang memprihatinkan dan yang menyenangkan. Generasi yang memprihatinkan adalah mereka anak remaja, pelajar mahasiswa yang terjebak dengan krisis moral, misalnya mengkonsumsi narkoba, tawuran, pergaulan bebas, game mania, begadang malam dengan segala atributnya dan lain sebagainya. Banyak diantara mereka yang tersadar setelah terkapar, Na’udzubillah.
Kelompok yang menyengkan diantaranya mereka yang tekun sekolahnya, ibadahnya juga terpelihara akhlaqnya, Diantaranya mereka ada yang tekun menghafal Al-Quran dan menjadi penggerak kegiatan agama di sekolah, kampus maupun di kampungnya, hanya jumlah mereka lebih sedikit dibandingkan kelompok yang memprihatinkan.
Khusus yang menghafal Al-Quran umumnya kedua orang tuanya merasa tentram dan sejuk melihat anaknya, karena mereka menjadi keluarga Allah. Allah sendiri yang akan memelihara dan melindungi mereka dari berbagai keburukan akhlaknya.
Sekolah Berbasis Quran
Banyak sekolah swasta maupun negeri yang mengusung program unggulan menghafal Al-Quran. Sebagai contoh, SMP Negeri 3 Semarang dinobatkan sebagai juara satu berbasis kerakter tingkat provinsi Jawa Tengah. Salah satu program unggulannya, menerapkan program istirahat II 45 menit, 15 menit pertama sholat berjama’ah, 15 menit berikutnya tadarus Al-Quran berjama’ah dan 15 menit untuk makan minum atau istirahat, selama 3 tahun berturut-turut.
Di Bandung tepatnya di SMA Negeri 4, menurut pengakuan salah satu guru, yakni Yuli Badawi, jika mata pelajaran favorit di SMA pada umumnya, Matematika, Kimia, Fisika dan bahasa Inggris, tetapi di sekolah itu untuk pelajaran agama, siswa harus terlebih dahulu setor hafalan Al-Quran baru boleh mengikuti ulangan. Di SD An Nahl Ciangsana Bogor tempat penulis mengajar misalnya, mata pelajaran hafalan Al Quran juga menjadi pelajaran wajib setiap harinya yang diajarkan kepada para murid SD. Target untuk para murid SD di sekolah tersebut adalah hafal 8 juz.
Walau jauh letaknya dari rumah dan mahal biayanya, sekolah yang menjadikan Al-Quran sebagai pelajaran unggulan diserbu oleh wali murid. Sekolah lain belum membuka pendaftaran, sekolah-sekolah tersebut telah tutup dan selesai daftar ulang, lagi-lagi hal itu menjadi bukti bahwa Al-Quran menjadi solusi krisis ahklak masa kini.
Post a Comment for "Pendidikan Berbasis Al Quran Sebagai Salah Satu Solusi Untuk Indonesia"