Pengalaman Sunat Dengan Metode Klem, Sunat Modern Tanpa Suntik Dan Jahitan
Bagi anda yang memiliki buah hati yang hendak di khitan (sunat) ada baiknya anda mencoba sunat dengan metode klem. Metode sunat ini memang tergolong baru dan mulai banyak peminatnya. Seperti apa testimoni sunat dengan metode klem? Berikut akan kami bahas secara singkat.
Sunat dengan metode klem menjadi buah bibir di kalangan masyarakat karena dengan metode ini proses sunat yang tadinya berkesan berdarah-darah menjadi lebih menyenangkan dan tidak bikin tegang. Bagaimana tidak, metode klem muncul dengan jargon tanpa suntik dan langsung bisa pakai celana. Bahkan metode ini juga aman untuk balita sekalipun, sebgaimana yang pernah saya dengar dengan mewawancarai seorang ibu rumah tangga di Depok bercerita tentang proses sunat metode klem ini untuk anaknya yang berusia 2,5 tahun.
Waktu Khitan yang Ideal
Sebelum berbicara banyak tentang khitan dengan metode klem, mari bicara dulu tentang kapan waktu ideal untuk berkhitan. Setelah ditelaah lebih jauh oleh saya pribadi, saya semakin yakin untuk mengkhitan anak ketika anak masih berusia dini. Hal ini saya temukan dari berbagai sumber literatur sebagaimana yang dikemukakan oleh Morris, dkk (2012) dari School of Medical Sciences, University of Sydney, menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa khitan pada bayi dan balita aman, nyaman, simpel, dan cost-effective.
Evidence/bukti ilmiah yang ada sangat mendukung usia bayi sebagai waktu yang optimal untuk sunat. Kemudian penelitian (uji klinis) yang dilakukan di Departmen Bedah Anak, Erzincan University of Medical Sciences, Erzincan, Turki (2015) menunjukkan bahwa melakukan prosedur khitan pada anak usia dini dapat menurunkan risiko komplikasi, pemulihan pasca khitan yang lebih cepat, dan biaya yang lebih sedikit. Khitan pada anak usia dini juga menurunkan risiko infeksi saluran kemih.
Metode Khitan Smart Clamp
Sebetulnya ada banyak metode yang bisa dilakukan, dari mulai metode konvensional, laser CO2, electric cautter, dan metode smart clamp. Setelah menimbang manfaat dan risikonya, saya memutuskan untuk memakai metode smart clamp. Metode ini sebetulnya sudah diperkenalkan sejak lama, yaitu tahun 2001 di Jerman, dan di negara-negara Islam sudah semenjak lama mengembangkan metode ini demi memudahkan dan meminimalisir rasa sakit ketika dikhitan. Namun di Indonesia sendiri masih belum sepopuler metode laser.
Metode smart clamp merupakan metode khitan yang menggunakan tabung plastik anti bakteri dan ring/cincin sebagai pengganti perban dan jahitan. Klaim dari metode ini adalah metode khitan terbaik saat ini, hasilnya rapi, tanpa jahitan, tanpa suntik, minim risiko pendarahan dan infeksi, minim rasa nyeri, dan bisa bebas terkena air, bahkan berendam dan berenang sekalipun. Bahkan lebih jauh kini sunat dengan metode klem bisa disesuaikan secara anatomis dengan kondisi anak-anak di Indonesia.
Prinsip metode ini yaitu menjepit kulup (preputium) dengan klem yang terbuat dari plastik. Setelah di jepit kulit tersebut kemudian dipotong. Nah jepitan tersebut adalah pengganti jahitan. Setelah 4 sampai 6 hari klem penjepit tersebut bisa dibuka dan biasanya kulit kulup atau preputium sudah menyatu.
Prosedur Khitan
Saya melakukan appointment terlebih dahulu pada hari Minggu (1 hari sebelum tindakan), lalu mendapat jadwal pada hari Senin di jam 13.00. Jarak dari rumah menuju lokasi khitan tidak jauh, hanya 15 menitan menggunakan Go-Car. Sesampainya di lokasi, saya menghubungi resepsionis untuk konfrimasi jadwal dan menunggu beberapa menit di ruang tunggu. Anak kami terlihat senang memainkan beberapa mainan yang tersedia disana. Tak lama kami dipanggil untuk ke lantai 2, ke ruang tindakan.
Anak kami pun terlihat sumringah karena ruangan tersebut penuh dengan wallpaper bergambar, suasananya seperti ruang bermain, terkesan santai dan menyenangkan. Dokter yang menangani pun ramah dan pandai bercanda, sehingga si Abang nyaman. Menit2 awal dokter mengedukasi kami sebagai care giver tentang khitan dan metode ini. Tak lama dilakukan prosedur anestesi lokal yg cepat dan efisien tanpa jarum suntik (Comfort-in). Dalam tahap ini si Abang tidak menangis, hanya saja sedikit terkaget. Kemudian menunggu selama 1-2 menit. Setelah itu, dokter melakukan tindakan khitan, tidak lama, hanya sekitar 10-15 menit akhirnya proses khitan selesai. Abang hanya menangis kecil, dan selesai prosedur kembali ceria..^_^ Setelah proses pembayaran dan administrasi, saya diberikan edukasi dalam hal perawatan pasca khitan.
Sunat dengan Metode Klem sangat praktis |
Perawatan Pasca-Khitan
Beberapa jam setelah khitan, Abang mulai mengeluhkan rasa sakit/nyeri, dikarenakan efek anestesi yang sudah perlahan berkurang. Dokter memberikan paracetamol syrup sebagai antinyeri dengan dosis 160 mg dalam 5 mL. Paracetamol ini diminum bila perlu, dengan frekuensi pemberian maksimal tiap 4 jam, serta antibiotik tetes (topikal, tidak diminum/oral) untuk perawatan pada luka khitan dan diteteskan pada tabung klem. Abang bisa mandi seperti biasa, BAB dan BAK seperti biasa, bahkan dokter mengatakan jika ingin berenang diperbolehkan. Untuk kebersihan klem cukup dibilas menggunakan larutan saline (NaCl 0,9%) dan dikeringkan menggunakan cotton buds. Cukup praktis dan nyaman karena tidak perlu gonta ganti perban, walaupun pada hari 1-2 Abang masih merasakan perih/nyeri saat pembilasan. Namun hari ke-3 sampai seterusnya sudah mulai terbiasa.
Pelepasan Klem
Hari ke-5 kami berencana mengunjungi Rumah Sunat kembali untuk prosedur pelepasan tabung klem. Sebelumnya Abang berendam dengan air hangat selama 1 jam. Awalnya takut, namun saya mencoba membujuknya dengan menaruh beberapa mainan dan bola warna warni pada bak tempat berendam. Setelah 1 jam, saya meneteskan baby oil pada tabung klem dengan tujuan agar lebih mudah saat dilepas nanti, serta memberikan suppositoria antinyeri (suprafenid/ketoprofen 100 mg) lewat dubur untuk mengurangi rasa nyeri saat pelepasan klem, karena prosedurnya nanti tidak menggunakan bius. Pemberian antinyeri ini harus berkonsultasi dahulu dengan dokter, karena menyesuaikan dengan beberapa faktor pada balita terutama berat badan.
Prosedur pelepasan klem hanya berlangsung tidak sampai 1 menit, alhamdulillah hasil khitannya rapi dan tidak ada masalah. Di tahap ini Abang menangis, namun tidak lama kembali ceria. Dokter mengatakan bahwa sebenarnya bukan rasa nyeri yang dirasakan, namun hanya rasa sensitif pada korona (kepala penis) karena baru pertama kali dilepas tabung klemnya, sehingga dokter menyarankan untuk sering-sering menggunakan sarung agar terjadi gesekan sehingga bisa lebih cepat beradaptasi dan rasa ngilu bisa cepat berkurang.
Perawatan Setelah Lepas Klem Hingga Pulih Total
Perawatan setelah lepas klem dilakukan dengan membungkus luka menggunakan larutan iodine (betadine) dan kain kasa selama 1 menit, dan dokter menyarankan melakukannya 10 kali dalam sehari. Namun maksimal yang bisa kami lakukan adalah 2-3 kali sehari. Tujuannya agar jaringan nekrotik pada luka mengelupas dan luka sembuh total. Dokter juga menyarankan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi protein seperti ikan, kacang hijau, serta beberapa buah dan sayur yang baik untuk proses pemulihan luka seperti brokoli dan apel. Sekitar 7-10 hari alhamdulillah si Abang bisa dikatakan telah pulih total.
Plus-Minus Metode Klem
Berdasarkan pengalaman mengkhitan Abang menggunakan metode klem, saya menyimpulkan:
Kelebihan metode ini adalah praktis (bisa terkena air, tidak repot ganti perban), tanpa suntik dan jahitan sehingga cocok untuk balita terutama yang sulit dikondisikan, serta risiko pendarahan minimal, prosedurnya cepat, lebih higienis, tanpa antibiotik oral (minim risiko resistensi), penyembuhan relatif cepat, dan hasilnya rapi. Namun, terlepas dari kelebihannya, dengan metode ini Abang merasa kurang nyaman dengan tabung klemnya, bilas tabung klem harus teliti dan benar2 kering, untuk anak-anak yang hiperaktif perlu hati-hati karena berisiko anak melepas sendiri klemnya saat beraktivitas.
Demikian sharing pengalaman khitan balita dengan metode klem. Semoga bermanfaat.
Post a Comment for "Pengalaman Sunat Dengan Metode Klem, Sunat Modern Tanpa Suntik Dan Jahitan"